Sejarah Singkat Desa Bunigeulis
Pada zaman dahulu Desa Bunigeulis berupa hutan belantara dan rawa-rawa, suatu ketika datang seorang wanita cantik yang bernama Nyimas Pandan Wangi dengan wajah yang ketakutan karena dikejar-kejar oleh seorang laki – laki yang tinggi besar dengan wajah seram dia adalah Ki Badugal Jaya dan akhirnya Nyimas Pandan Wangi tertangkap. Menurut cerita, Ki Badugal Jaya telah melamar Nyimas Pandan Wangi dan Nyimas Pandan Wangi menerima lamaran Ki Badugal Jaya dengan mengajukan persyaratan yaitu agar dibuatkan kali yang sekarang namanya Kali Cidadali sampai ke muara Kalimati. Dalam jangka waktu satu malam pembuatan kali tersebut dapat dilaksanakan oleh Ki Badugal Jaya dengan menggunakan alat Pitalnya. Mengetahui permintaannya dapat dilaksanakan dengan secepat itu, Nyimas Pandan Wangi sangat ketakutan dan akhirnya Nyimas Pandan Wangi bersembunyi di sebuah lubang pinggir kali. Ki Badugal Jaya sangat marah dan dia tetap menunggu Nyimas Pandan Wangi sambil bartapa di atas batu selama bertahun – tahun sehingga bekas duduknya sampai sekarang pun masih ada.
Setelah bertahun-tahun NyimasPandan Wangi tak kunjung juga keluar dari persembunyiannya, Ki Badugal Jaya akhirnya menggunakan sebuah bamboo kecil (Tamiang) untuk menusuk lubang persembunyian Nyimas Pandan Wangi .Di dalam persembunyiannya Nyimas Pandan Wangi tidak kehilangan akal, ujung bamboo tersebut di ludahi dengan kunyahan daun sirih yang berwarna merah. Ki Badugal Jaya terkejut ketika bamboo tersebut di tarik terlihat penuh dengan cairan warna merah. Akhirnya Ki Badugal Jaya menganggap Nyimas Pandan Wangi telah mati tertusuk oleh bamboo (Tamiang). Bambu (Tamiang) tersebut akhirnya di tancapkan dan sampai sekarang bamboo tersebut masih ada. Ki Badugal Jaya akhirnya pulang kembali kembali ke Desa Timbang yang sekarang dinamakan TimbangLuhur.
Setelah tahu Ki Badugal Jaya sudah tidak ada, akhirnya Nyimas Pandan Wangi keluar dari persembunyiannya dan mengganti nama menjadi Nyimas Ganda Sari.
Berdasarkan sejarah di atas, kata Bunigeulis berarti“ tempat sembunyi nu Geulis (cantik) “.